MENELUSURI MAKNA PENGUTUSAN ALLAH KEPADA MUSA DALAM KELUARAN 3:10 DAN RELEVANSINYA BAGI PELAYANAN GEREJAWI

Abstract

Pelayanan yang dijalankan tanpa kesadaran sebagai mandat dari Allah sering kali berujung pada ketidakefektifan dan minim dampak rohani. Ketidaksiapan dan sikap yang kurang serius dalam pelayanan menunjukkan kegagalan memahami bahwa setiap pelayanan, sekecil apa pun, adalah bagian dari rencana besar Allah. Keluaran 3:10 dengan penggunaan kata Ibrani šālaḥ (שָׁלַח) menegaskan bahwa Musa tidak bertindak atas kehendaknya sendiri, melainkan diutus oleh Allah dengan otoritas ilahi. Konsep pengutusan ini memperlihatkan bahwa pelayanan adalah tindakan ilahi yang memerlukan ketaatan, kesungguhan, dan kesiapan. Dengan menggunakan metode penafsiran eksegesis, pengutusan dalam Keluaran 3:10 tidak bersifat kenabian dalam pengertian teknis, melainkan berkembang secara literer dan kontekstual. Ini menunjukkan bahwa teologi pengutusan dalam Perjanjian Lama bersifat dinamis, bukan baku. Ini memberi ruang bagi pembacaan iman yang memahami bahwa Allah dapat menggunakan siapa saja dalam berbagai cara dan konteks untuk tujuan-Nya, bukan hanya nabi formal. Tujuan pengutusan bersifat misi Allah yang membebaskan dan memulihkan umat, sehingga pelayanan harus diarahkan pada perubahan dan kesetiaan, bukan kepentingan pribadi. Pelayan dipanggil untuk setia menghadapi tantangan, karena keberhasilan sejati terletak pada ketaatan kepada Allah. Implikasi praktisnya, setiap bentuk pelayanan dalam gereja masa kini harus dijalani dengan komitmen, integritas, dan kesetiaan kepada visi Allah, terlepas dari hambatan yang dihadapi.